Oleh Rose Lauren Hughes, perempuan gay AuDHD berusia 30-an tahun**
Saya bangun hari ini dan berkata dalam hati: "Ah, Hari Valentine, 14 Februari... Oke, hari tahunan Hallmark Cards sudah dekat lagi. Untunglah film Bridget Jones terbaru juga akan segera keluar, karena saya adalah dia, dan dia adalah saya. Dan saya baik-baik saja dengan itu."
Menjelang Hari Valentine, tekanan untuk merayakan cinta dan keintiman dapat terasa sangat besar. Bagi banyak penyandang Autisme, ekspektasi masyarakat yang sarat dengan stereotip tentang romansa, seks, dan hubungan, dapat terasa sulit untuk dijalani.
Perpotongan antara autisme dan keintiman membawa tantangan dan kegembiraan yang unik, yang dipengaruhi oleh pengalaman indrawi, batasan-batasan pribadi, dan sering kali pendekatan yang sangat berbeda terhadap hubungan.
Mari jelajahi bagaimana autisme dapat memengaruhi keintiman, mendobrak mitos, dan merayakan keragaman cara penyandang Autisme mengalami cinta dan hubungan intim.
Mitos Tentang Autisme dan Keintiman
Mari kita mulai dengan membahas mitos yang umum: bahwa orang dengan Autisme tidak tertarik pada hubungan atau koneksi. Apakah seseorang itu Autis, allistik (non-autis), atau di antara keduanya, keintiman itu sama beragamnya dengan orang-orang yang mengalaminya.
Mitos lain yang sering kita dengar adalah bahwa penyandang Autisme tidak menginginkan atau membutuhkan hubungan romantis. Sebenarnya, orang Autis sering kali menginginkan hubungan romantis seperti halnya orang lain. Banyak penyandang Autisme yang sangat menghargai hubungan yang bermakna dan secara aktif mencari persahabatan, cinta, dan keintiman.
Cara mereka mengejar atau mengalami hubungan mungkin berbeda karena preferensi indrawi, gaya komunikasi, atau pemrosesan sosial, tetapi ini tidak berarti mereka tidak memiliki minat atau kebutuhan akan hubungan. Sebagai contoh, gerakan romantis mungkin memiliki bentuk yang unik bagi kita. Menawarkan objek yang bermakna, seperti kerikil favorit, atau menciptakan lingkungan yang ramah indera dapat menunjukkan seberapa besar perhatian kita.
Anda mungkin juga pernah diberitahu bahwa orang Autis terlalu kaku untuk menjalin hubungan yang sehat. Nah, meskipun rutinitas dan prediktabilitas dapat menjadi hal yang penting bagi sebagian orang Autis, bukan berarti mereka tidak mampu beradaptasi dengan dinamika sebuah hubungan. Faktanya, banyak orang dengan Autisme membawa kejujuran, perhatian, dan perspektif unik yang dapat meningkatkan kemitraan mereka. Dengan komunikasi yang terbuka, kedua pasangan dapat menavigasi perubahan dan berkompromi secara efektif.
Autisme, Masalah Sensori, dan Keintiman
Seperti yang kita ketahui, pemrosesan sensorik adalah salah satu karakteristik yang sering dialami oleh orang-orang ASD. Pemandangan, suara, bau, dan tekstur di suatu lingkungan dapat sangat memengaruhi perasaan kita, terkadang lebih dari yang disadari orang.
Bagi saya, kepekaan indera bisa meningkatkan atau menggagalkan momen intim. Lampu yang terang, parfum yang kuat, kain yang gatal, atau ruangan yang berantakan bisa membuat saya hampir tidak mungkin untuk rileks. Dulu, ketika saya masih berpacaran dengan pria, saya merasa sangat tidak nyaman jika mereka belum bercukur. Sensasi bulu cukur yang menyentuh kulit saya benar-benar membuat saya melepaskan diri dan membutuhkan ruang untuk bersantai.
Di sisi lain, aroma yang familiar, seprai yang bersih, pencahayaan yang lembut, atau dengungan musik latar belakang yang tenang dapat menciptakan ruang di mana saya merasa aman dan nyaman. Mungkin ini juga alasan mengapa saya menemukan keintiman yang paling mudah dengan sesama pasangan yang memiliki neurodiversitas, dan juga wanita, karena kami bisa saling memahami satu sama lain, dan menemukan kesamaan yang aman, yang menyisakan ruang bagi kami berdua untuk merasa tenang.
Setelah dewasa, saya menyadari bahwa saya sangat menyukai rasa logam yang dingin. Beberapa penyandang Autisme menemukan bahwa perilaku pencarian sensorik tertentu dapat memuaskan atau menenangkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dapat terbawa ke kamar tidur, di mana hal ini dapat membantu mereka untuk membumi selama pengalaman sensorik yang intens.
Profil sensorik setiap penyandang Autisme berbeda, jadi apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain. Kuncinya adalah komunikasi, berbagi apa yang membuat kita nyaman dan mendengarkan kebutuhan pasangan kita.
Autisme dan Dorongan Seks
Lapisan lain dari keintiman adalah hubungan antara autisme dan hasrat seksual. Hal ini sangat bervariasi seperti halnya pada orang neurotipikal, tidak ada pengalaman yang sama untuk semua orang. Beberapa orang dengan Autisme adalah aseksual, yang berarti mereka tidak mengalami ketertarikan seksual, sementara yang lain mungkin memiliki ketertarikan yang khas atau bahkan sangat tinggi terhadap keintiman fisik.
Dorongan Seks yang Tinggi - Perhatian
Penting untuk diketahui bahwa individu Autis muda dengan minat seksual yang tinggi terkadang lebih rentan terhadap eksploitasi atau perilaku predator. Kerentanan ini sering kali berasal dari faktor-faktor seperti keluguan, kesulitan mengenali isyarat sosial, atau tantangan dalam memahami maksud orang lain.
Jika Anda adalah pengasuh, orang tua, atau orang dewasa tepercaya yang mendukung anak atau remaja dengan Autisme, sangat penting untuk tetap waspada dan proaktif dalam memberikan pendidikan seks yang menyeluruh dan berdasarkan persetujuan. Pendidikan seksual mereka harus mencakup pengajaran tentang batasan, persetujuan, dan potensi risiko.
Banyak individu Autis yang mungkin kesulitan untuk mengadvokasi diri mereka sendiri atau mengenali situasi yang berbahaya, sehingga menawarkan bimbingan dan menciptakan jalur komunikasi yang terbuka dapat menjadi hal yang penting dalam melindungi keselamatan mereka.
Dorongan Seks Rendah
Bagi sebagian dari kita, tekanan masyarakat seputar seks bisa sangat besar. Dunia sering kali mengharapkan setiap orang untuk memiliki gairah seks yang tinggi atau menyamakan keintiman dengan kasih sayang fisik, yang dapat membuat penyandang Autisme merasa ketinggalan zaman.
Terkadang, kita mungkin merasa tertekan untuk terlibat dalam situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau tingkat kenyamanan kita, terutama jika masking (menyembunyikan sebagian dari ciri-ciri Autis) berperan dalam hubungan kita.
Penting untuk diingat bahwa batasan dan preferensi setiap orang adalah valid. Penyandang autisme berhak mendapatkan hubungan di mana kebutuhan mereka dihargai dan dirayakan, tanpa beban ekspektasi masyarakat.
Romance, Our Way!
Percintaan sering kali terlihat berbeda bagi penyandang Autisme. Penggambaran budaya populer tentang cinta biasanya berupa gerakan yang megah, kencan yang rumit, atau pernyataan yang dramatis. Hal ini bisa terasa lebih berlebihan daripada romantis. Sebaliknya, ekspresi kasih sayang kita mungkin termasuk tindakan yang lebih kecil dan sangat bermakna.

Salah satu contohnya adalah pebbling (juga disebut penguin pebbling) di mana beberapa penyandang Autisme menunjukkan kasih sayang dengan memberikan benda-benda kecil namun penting, seperti kerikil atau pernak-pernik yang terkait dengan pengalaman bersama. Isyarat-isyarat ini, meskipun tidak kentara, memiliki makna yang sangat besar.
Saya memiliki kenangan yang sangat indah saat pertama kali diberitahu tentang kerikil. Saya secara otomatis selalu membawa sebuah barang untuk kencan pertama atau kepada orang yang saya sayangi. Sebagai seorang wanita yang terlambat didiagnosis AuDHD, saya tidak menyadari bahwa kecenderungan memberi hadiah ini sebenarnya terkait dengan ASD saya.
Di awal hubungan terakhir saya, saya sedang bepergian dan melihat sebuah kerikil biru kecil yang dijual. Entah mengapa saya langsung membelinya, dan sekembalinya saya menghadiahkannya kepada wanita yang saya kencani. Ini mungkin terjadi sekitar satu bulan yang lalu? Dia kemudian bercerita tentang kerikil dan saya hanya berpikir, "Hei, ini indah sekali. Ini adalah sesuatu yang saya sukai dari autisme saya!"
Pujian juga bisa berbentuk unik. Ungkapan seperti "Aku suka suaramu" atau "Aku merasa aman di dekatmu" adalah beberapa cara yang paling tulus untuk mengekspresikan kasih sayang.
Perkataan saya, "Saya benci cara orang makan, tapi saya tidak keberatan makan bersama Anda" adalah cara saya yang sangat romantis untuk mencintai seseorang, betapapun lucunya hal itu terdengar bagi orang yang neurotipikal. Mengenali dan menghargai ungkapan-ungkapan ini dapat membantu membina hubungan yang lebih dalam dan saling pengertian.
Sensitivitas Sensorik dan Koneksi Fisik
Sentuhan adalah aspek lain dari keintiman yang dapat dipengaruhi oleh autisme. Bagi sebagian dari kita, kontak fisik dapat terasa berlebihan atau bahkan tidak menyenangkan, sementara yang lain mencari jenis sentuhan tertentu untuk mendapatkan kenyamanan. Saya tidak dapat memberitahu Anda berapa banyak teman saya yang memiliki neurodiversitas yang mengatakan kepada saya bahwa menggunakan pasangan mereka sebagai selimut adalah salah satu hal favorit yang dapat mereka lakukan bersama, namun saya sebenarnya membenci hal ini!
Seseorang mungkin merasa tidak nyaman dengan pelukan spontan atau sentuhan yang terlalu ringan, tetapi menikmati tekanan yang kuat atau sekadar duduk di dekat seseorang. Berpegangan tangan adalah cara yang saya sukai untuk menunjukkan kasih sayang, tetapi begitu suhu di antara kami meningkat atau tangan mereka menjadi dingin, maka momen itu akan cepat berlalu bagi saya.
Memahami dan menghormati batasan-batasan ini sangat penting dalam setiap hubungan romantis atau seksual. Ketika kita mengkomunikasikan kebutuhan dan preferensi kita, sentuhan menjadi cara untuk membangun kepercayaan dan koneksi daripada menjadi sumber ketidaknyamanan.

Autisme, LGBTQIA+, Orientasi Seksual & Hubungan
Banyak penyandang Autisme yang juga mengidentifikasi diri mereka sebagai LGBTQIA+. Ada tumpang tindih yang indah antara neurodivergensi dan queerness, keduanya menantang norma-norma tradisional dan merangkul keluwesan dalam identitas, cinta, dan koneksi.
Sebagai seseorang yang Autis dan queer, saya telah menemukan kebebasan dalam menolak ide-ide konvensional tentang hubungan dan menciptakan definisi saya sendiri tentang romansa dan keintiman. Bagi banyak dari kita, hal ini termasuk mengeksplorasi identitas, preferensi, dan cara-cara mencintai yang terasa otentik daripada menyesuaikan diri dengan ekspektasi masyarakat. Saya mengharapkan hal itu untuk siapa pun.
Saya menari keluar masuk lemari sejak pertama kali menyadari orientasi seksual saya pada usia 12 tahun, tapi saya telah mendarat dengan bahagia di sisi diri saya yang otentik, dan saya merasa indah sekarang. Saya diberkati dengan pemahaman yang lebih luas, dan penerimaan akan betapa beragamnya spektrum ini bagi semua orang! Meskipun perjalanan menuju tempat ini tidak selalu menyenangkan, namun saya dapat mengatakan bahwa saya adalah diri saya yang sebenarnya.
Cinta adalah apa yang Anda buat. Ini adalah keputusan ANDA. Selama orang merasa aman dan diperhatikan, mereka bisa menjadi siapa pun yang mereka inginkan.
Pikiran Terakhir
Bagi penyandang Autisme, keintiman sering kali berada di luar batas-batas norma masyarakat tradisional, dan itu bukanlah hal yang buruk. Baik itu menavigasi kebutuhan indera, mendefinisikan ulang romansa, atau mengeksplorasi bentuk-bentuk hubungan yang unik, kuncinya adalah menghormati keaslian dan komunikasi. Cukup dengan bertanya dan mempelajari apa yang Anda dan pasangan Anda sukai, adalah bahasa cinta itu sendiri.
Di Hari Valentine ini, mari kita rayakan cinta dalam segala bentuknya. Bagi sebagian orang, hal ini mungkin berarti makan malam dengan penerangan lilin dan gerakan romantis yang megah. Bagi sebagian lainnya, bisa jadi ini adalah momen yang tenang untuk menjalin hubungan, hadiah yang penuh perhatian, atau sekadar menciptakan ruang di mana semua orang merasa aman dan dipahami. Atau mungkin, Anda terikat bersama karena ketidaksukaan Anda terhadap liburan 14 Februari ini! Anda yang melakukan ANDA!
Keintiman bukanlah tentang mengikuti sebuah naskah, melainkan tentang hubungan. Dan bagi penyandang Autisme, hubungan itu sama nyatanya, sama berartinya, dan sama dalamnya dengan orang lain.
**Pendapat yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mewakili pandangan Bened Life.